UBI KAYU MERUPAKAN TANAMAN PEMANFAATAN LAHAN DI BAWAH TEGAKAN (PLBT) YANG DAPAT DI OLAH MENJADI PRODUK PANGAN “TIWUL INSTAN”

Oleh :

Hadi Sugito, SP

Penyuluh Ahli Muda CDK Wilayah Malang

Masyarakat pada umumnya secara luas tentunya sudah tidak asing lagi dengan keberadaan tanaman ubi kayu. Sebagian masyarakat lebih mengenal dengan nama singkong. Ubi kayu merupakan salah satu tanaman yang banyak di budidayakan pada Pemanfaatan Lahan Di Bawah Tegakan (PLBT) contoh di bawah tegakan jati, sengon, melinjo, pete dan tanaman lainnya. Ubi kayu mempunyai banyak kegunaan untuk dapat di olah dengan berbagai cara baik dengan cara di goreng, di rebus maupun di bakar. Selain dengan cara tersebut ubi kayu dapat di sajikan dengan menjadikan keripik singkong dan dapat diolah menjadi tepung kanji yaitu bahan baku pembuatan kerupuk dan banyak lainnya. Untuk saat ini yang lagi populer dari bahan baku ubi kayu di olah menjadi produk pangan setengah jadi yaitu tiwul instan.

Dengan adanya kandungan karbohidrat yang tinggi tidak sedikit masyarakat di Indonesia yang mengganti makanan pokok nasi menjadi singkong sebagai makanan pokok sehari – hari. Tanaman ubi kayu tidak hanya ubinya saja yang berguna sebagai bahan makanan, tetapi daunnya juga bisa di manfaatkan sebagai sayuran baik di masak sayur tumis maupun santan.

Tiwul instan yang sudah dikemas

Saat ini bisnis makanan dengan bahan dasar ubi kayu sudah merajalela, salah satunya yaitu produk pembuatan tiwul instan. Tiwul instan adalah makanan pengganti nasi putih yang terbuat dari singkong. Makanan ini diidentikkan dengan makanan orang susah karena sejarahnya, zaman dulu sebagian penduduk Indonesia  khususnya penduduk pulau Jawa menggunakan tiwul sebagai makanan pokok saat harga beras sedang mahal atau ketika sawah mengalami kekeringan berkepanjangan. Nasi tiwul kemudian di tinggalkan oleh sebagian besar masyarakat karena keberadaan nasi putih yang tidak sulit didapatkan.

Di Kabupaten Blitar sendiri tepatnya di Desa Ngadri Kecamatan Binangun terdapat home industri pembuatan tiwul instan yang di mulai sejak tahun 2017. Ada sekitar 20 industri rumahan yang sampai saat ini masih tetap menggeluti usahanya. Dari 20 pelaku industri tersebut ada 14 orang yang aktif di anggota Kelompok Tani Hutan Alam Subur. Menurut salah satu pelaku usaha tiwul instan pemasaran dilakukan di wilayah Kabupaten Blitar dan di luar Kabupaten seperti Tulungagung, Kediri, Malang dan Trenggalek. Untuk harga tiwul instan perkilo gram dibandrol seharga Rp. 10.000,-. Jadi home industri tiwul instan yang ada di Desa Ngadri termasuk salah satu binaan dari KTH Alam Subur dan juga Cabang Dinas kehutanan Wilayah Malang.

Proses pembuatan tiwul instan

Proses pembuatan tiwul instan meliputi beberapa tahap, yaitu perendaman, penggilingan, penambahan rasa atau warna, pembentukan butiran, penjemuran, pengukusan, pendinginan dan pengemasan. Adapun langkah – langkahnya :

  1. Perendaman gaplek direndam dalam bak, setelah sehari semalam air rendaman diganti sambil gaplek dicuci dan direndam lagi. Setelah perendaman cukup, gaplek dicuci bersih dan ditiriskan. Perendaman dapat memakan waktu kurang lebih 2 hari 2 malam tergantung pada tingkat kekeringan gaplek.
  2. Penggilingan biasanya dilakukan pada pagi hari, agar dapat dilakukan pengukusan dan penanganan tiwul yang telah dijemur sekaligus.
  3. Penambahan Rasa tepung gaplek yang telah digiling lembut, kemudian ditambahi pewarna atau gula merah sesuai dengan kebutuhan, yaitu dengan perbandingan tepung gaplek : gula merah = 4 : 1, setelah itu dicampur dan dibuat adonan sampai benar-benar homogen yang ditandai dengan warna yang merata.
  4. Pembuatan butiran adonan yang telah ditambahkan air kemudian diinteri menggunakan tampah atau mesin pembuat butiran tiwul instan, tujuannya untuk membuat butiran-butiran dari adonan tersebut. Setelah itu diayak mengguna kan irig yang berlubang 0,2 cm sampai 0,5 cm. Butiran yang besar dikecilkan lagi dengan memecah dan diinteri lagi.
  5. Penjemuran butiran yang sudah jadi dijemur sampai beberapa menit sampai setengah kering. Pada proses ini mungkin masih dapat dilakukan pemisahan butiran besar dan kecil serta pemecahan dan diinteri.
  6. Pengukusan butiran setengah kering tersebut kemudian ditempatkan pasa kukusan bambu di atas dandang. Pengukusan dilakukan sampai perubahan warna pada butiran dari warna putih menjadi kuning kecoklatan.
  7. Pendinginan dilakukan dengan meletakan dan meratakan tiwul pada tempat yang luas sampai 12 jam.
  8. Penjemuran setelah dikukus dilakukan sampai kering di bawah sinar matahari. Lama pengeringan antara 2 – 3 hari tergantung kondisi sinar matahari. Tiwul yang dikeringkan ini biasanya masih ada yang menjadi butiran besar sehingga diperlukan pemisahan dengan ditampi.
  9. Pengemasan tiwul selanjutnya dikemas dengan menggunakan karung plastik atau kantong plastik yang agak tebal, agar tidak terjadi kontak langsung dengan lantai. Penyimpanan dilakukan dengan meletakan karung atau plastik di atas rak bambu atau kayu pangarsa.

Berdasarkan data Kemenkes RI (TKPI), setiap 100 gram tiwul Instan mengandung 5,8 mg besi, 0,20 mg riboflavin, 2,10 mg tembaga, 0,40 mg tiamina, 4,2 gram serat,1,2 mg seng dan 469,0 mg kalium. Ini menunjukkan bahwa kandungan besi, riboflavintembagatiaminaseratseng dan kalium termasuk tinggi dan cukup tinggi. Mengonsumsi tiwul instan secara teratur sesuai Angka Kecukupan Gizi atau sesuai kebutuhan gizi per hari dari Kemenkes RI bermanfaat untuk kesehatan seperti berikut,

  1. Memperkuat produksi hemoglobin ➠ Manfaat dari tingginya kandungan besi
  2. Mencegah hipertensi ➠ Manfaat dari tingginya kandungan kalium dan tembaga
  3. Memerangi gagal jantung ➠ Manfaat dari tingginya kandungan kalium, tembaga 

dan seng

  • Menurunkan kolesterol jahat (LDL) dan meningkatkan kolesterol baik (HDL) dalam darah ➠ Manfaat dari cukup tingginya kandungan serat
  • Mencegah anemia ➠ Manfaat dari tingginya kandungan besi dan riboflavin
  • Menjaga gula darah tetap stabil ➠ Manfaat dari cukup tingginya kandungan serat 

dan seng.

Peran Penyuluh Kehutanan pada pelaku usaha tiwul instan adalah :

  1. Membantu memberikan pembinaan kepada pelaku usaha, dalam meningkatkan kualitas produk tiwul instan dan pemasarannya
  2. Membantu proses untuk mendapatkan izin PIRT dan juga membuat merek dagang pada produk tiwul instan
  3. Membantu pelaku usaha untuk meningkatkan manajemen peluang usahanya

Kendala yang dihadapi pelaku usaha adalah

  1. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan tiwul instan masih sangat sederhana dengan peralatan manual
  2. Kemasan yang digunakan masih menggunakan plastik transparan biasa sehingga produk tiwul instan terlihat kurang menarik minat konsumen
  3. Sampai saat ini sebagian masyarakat masih menganggap tiwul sebagai salah satu makanan yang masih kuno dan kurang diminati

Harapan ke depannya pelaku usaha dapat mengembangkan usaha produksinya dengan kualitas mutu yang lebih baik dan memiliki daya saing di pasar. Dengan itu, produk tiwul instan ini memiliki nilai jual yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan perekonomian pelaku usaha, kelompok, dan masyarakat di sekitarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *