Sehari Bersama Mufti Sigit, Sang Peternak Lebah dari Kecamatan Sukun, Malang

Mufti Sigit adalah peternak lebah yang beralamatkan di Jalan Sukun Pondok Indah Raya Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang. Mufti mulai beternak  lebah pada bulan September tahun 2000.   Mufti menuturkan bahwa sejak  pandemi   penjualan  madu naik sebanyak 150%. Ini menjadi berkah bagi peternak lebah, karena penjualan meningkat dan keuntungan semakin berlipat, 

 Awal Mula Ternak Lebah 

Berawal dari pelatihan kepanduan  pramuka di Bogor, ia mengikuti pelatihan pengenalan ternak lebah Apis mellifera   yang saat itu didatangkan dari Australia. Usai pelatihan ia membeli 20 stup sebagai awal mula beternak. Dalam perkembangan usahanya juga mengalami pasang surut, baik dari segi produksi madu, sarana prasarana ternak lebah, hingga lokasi gembala/angon lebah.  Mufti menuturkan bahwa lebah tidak sekedar dipelihara tetapi harus dipahami betul  sifat-sifat  yang disenangi. Lokasi pelihara  (angon) lebah, berada di beberapa  lokasi  antara lain di Pasuruan, Malang, Nganjuk, Lumajang, dan Lamongan. Lebah jenis Apis mellifera  sangat  mudah untuk dikembangkan, dalam 1 stup bisa menjadi 2, hingga kelipatannya.

Kendala budidaya ternak lebah

Budidaya  lebah Apis mellifera ini bukan tanpa kendala, menurut Mufti ada beberapa kendala dan masalah yang dihadapi peternak lebah. Kendala dan masalah tersebut antara lain :

  1. Adanya lokasi gembala /angon  yang sangat jauh, yaitu memilih lokasi yang saat itu musim bunga.
  2. Musim bunga yang tidak menentu pada 3 tahun terakhir. 
  3. Adanya  banjir di lokasi gembala yaitu di Kabupaten Lamongan tahun 2020, yang mengakibatkan stup hanyut terbawa banjir. Dari jumlah 350 tinggal 250 stup yang tersisa.
  4. Musim kemarau yang berkepanjangan mengakibatkan lebah  hanya dapat bertahan hidup, bahkan tidak sedikit  yang  kabur.

Solusi yang dilakukan untuk menghadapi masalah ;

  1. Menyiapkan sedini mungkin stup agar  stabil dalam perjalanan dari lokasi pemilik ke lahan gembala.
  2. Lokasi gembala diusahakan dalam kawasan yang bebas banjir, melihat pengalaman di Tuban beberapa waktu lalu hanyut terbawa banjir.
  3. Dengan  memberikan pakan buatan berupa sirup.  Mufti Sigit menyampaikan, dalam 3 hari sekali  setiap kotak (8 sisir koloni ) diberikan sirup 1 kg x jumlah kotak, X 2 bulan, dalam satu musim kemarau  kebutuhan pakan mengeluarkan biaya sebesar 60-70 juta
  4. Melalui  lembaga Pemerintah  untuk memberikan pengetahuan penyuluhan terkait pentingnya menanam jenis tanaman yang memiliki kandungan nektar dan polen salah satu diantaranya adalah Acacia Mangium.

 Masa Angon dan Perhitungan  Sewa Lahan

Masa angon memerlukan waktu selama 1,5 bulan sampai 2 bulan sedangkan masa panennya  setiap 12-15 hari sekali. Di musim normal  dalam 1 stup bisa menghasilkan 4kg madu murni, sedangkan di cuaca yang kurang menentu seperti sekarang ini madu hanya mencapai 1-2kg per stup.

Dalam penggembalaan  lebah, biaya yang dikeluarkan  untuk upah tenaga harian  dan sewa lokasi.  Untuk lokasi di Kabupaten Malang   mereka menyewa antara Rp. 250.000,00  sampai Rp.350 000,00 perbulan.  Lahan yang disewa merupakan lahan milik masyarakat yang memiliki  tanaman kopi.

Lahan sewa untuk angon/pelihara lebah Apis melifera

Masa Bunga

Masa pembungaan di Jawa terjadi pada bulan  Agustus  hingga November  sedangkan di wilayah Sumatera pada bulan paceklik pada Desember hingga Maret.  Mufti menuturkan bahwa akhir bulan November ini , lebah akan dikirim ke Sumatera. Kegiatan angon hingga keluar pulau ini karena di Jawa sudah musim paceklik. Sementara di Sumatera sedang banyak mekar bunga  Accacia mangium

Kelembagaan

Awalnya para peternak lebah di Kota Malang   berjalan sendiri-sendiri, hanya saling berkomunikasi. Setelah itu terbentuklah paguyuban peternak lebah  pada tahun 2019.  sebagai wadah berbagi permasalahan serta silaturahmi.   Dalam waktu dekat akan dibentuk KTH khusus membidangi lebah madu di Kecamatan Sukun Kabupaten Malang.  Sigit berpesan kepada generasi muda  yang saat ini belum bekerja untuk menjadi peternak lebah. Tidak perlu malu menjadi petani dan peternak, memang rumit  namun jika ditekuni akan menghasilkan keuntungan. Tetap semangat menjaga kelestarian alam, kesejahteraan akan kita dapatkan.

Penyuluh kehutanan bersama Mufti Sigit

Penulis : Suhardi SP.,MM.

Penyuluh Kehutanan Ahli Muda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *