Topi Caping Gunung merupakan salah satu industri kerajinan anyaman yang bahannya berasal dari pohon bambu. Tumbuhan pohon bambu yang sangat banyak, memiliki potensi berkembangnya industri kerajinan anyaman bambu, baik untuk pagar, dinding rumah, atap maupun topi petani Caping Gunung. Caping atau topi petani menjadi salah satu kerajinan yang sudah ada sejak lama di wilayah Kabupaten Blitar, banyak warga yang melakukannya secara turun temurun dan tak jarang mereka masih menganyam caping walaupun di usia yang sudah tua.

Salah satu wilayah yang terkenal dengan kerajinan capingnya adalah di Dusun Kedawung Desa Umbuldamar Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar. Desa ini memang dikenal sebagai penghasil berbagai kerajinan yang terbuat dari bahan anyaman bambu. Caping atau topi berbentuk kerucut yang terbuat dari bambu ini ternyata masih banyak yang mengenakannya pada era globalisasi. Peran Caping Gunung memang tidak bisa digantikan, tapi Caping bambu ini jika dipakai memberikan kesan lebih dingin ketimbang topi yang terbuat dari bahan lain. Caping Gunung lebih kuat menahan panasnya terik matahari, hanya saja bentuknya tidak pernah berubah sejak jaman dulu. Mungkin untuk sebagian besar wilayah lain kerajinan seperti ini dianggap sudah kuno dan ketinggalan jaman. Pengrajin / kerajinan topi Caping Gunung juga termasuk salah satu kegiatan yang ada di Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Malang, yaitu masuk dalam kegiatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) / Hasil Hutan Non Kayu. Sejak lama desa kami memang dikenal dengan kerajinan dari bambu, mungkin sudah sejak tahun 1960 sampai dengan 1970 an. Yang mengawali kerajinan dari bambu ini yaa pengrajin pembuat Caping Gunung itu sendiri. Kata Kepala Desa Umbuldamar Kecamatan Binangun yaitu Maskurroji.
Dikatakan oleh Maskurroji banyaknya warga yang berkreasi dengan anyaman ini membuat desanya dikenal sebagai salah satu sentra pembuatan anyaman bambu, bahkan banyak warganya yang sudah berusia senja masih aktif menganyam bambu untuk dijadikan Caping (Topi Caping Gunung). Untuk pembuatan biasanya warga melakukannya secara mandiri atau berkelompok antara 4, 6 sampai dengan 10 orang, tutur Maskurroji.
Salah satu warga yang mengerjakan anyaman bambu Topi Caping Gunung yang masih aktif adalah Mbah Mayuki yang beralamat di RT.01 RW.02 Dusun Kedawung Desa Umbuldamar Kecamatan Binangun. Bersama istrinya, Mbah Mayuki menganyam bambu yang sudah diraut sedemikian rupa hingga tipis menjadi sebuah Caping. Mbah Mayuki mengaku, ia sudah sejak kecil menganyam bambu untuk dijadikan Caping yang kerap dipakai oleh petani yang mau mengerjakan sawahnya.
Saya sudah sejak kecil membuat Caping ini dari dulu ya sudah begini ini, kata Mbah Mayuki dengan bahasa jawanya yang masih kental. Berbekal Kerbut atau alat cetak topi Caping Gunung yang juga terbuat dari bambu, Mbah Mayuki mulai menganyam Caping dengan diameter 30 cm, 50 cm hingga 1 meter sesuai pesanan yang datang.

Saya dapat ilmunya juga dari orang-orang tua dulu, dari dulu ya membuat Caping seperti ini di sela-sela kegiatan rumah atau di sela-sela bertani, tutur Mbah Mayuki. Di usia yang sudah tua Mbah Mayuki mengaku masih bisa membuat 3 – 5 buah Caping Gunung. Untuk yang berkelompok biasanya saling berbagi tugas, ada yang menganyam dan ada juga yang memberi pelapis pinggir.
Pemandangan orang yang sedang menganyam terutama warga yang berusia senja, untuk dijadikan Caping seperti ini hampir setiap hari dapat dijumpai di wilayah Dusun Kedawung Desa Umbuldamar Kecamatan Binangun.
Industri kerajinan topi Caping Gunung yang ada di Dusun Kedawung Desa Umbuldamar sebenarnya termasuk salah satu pekerjaan rumah tangga / sampingan yang sudah dikerjakan oleh sebagian masyarakat Desa Umbuldamar secara turun temurun.
Proses Pembuatan Topi Caping Gunung adalah sebagai berikut :
- Bambu yang digunakan yaitu jenis Bambu Apus, di potong sesuai ukuran lalu di belah, di irat (oroti) dan di jemur.
- Bambu yang sudah di irat lalu di suwir-suwir memakai Arit (sejenis pisau) setelah itu baru bisa dianyam.
- 1 pohon bambu rata-rata menghasilkan 8 – 10 biji Topi Caping Gunung.
Harga Topi Caping Gunung ukuran kecil sekitar Rp 12.000,-, untuk ukuran sedang sekitar Rp 20.000,- dan untuk ukuran yang besar harganya sekitar Rp 40.000,- sampai dengan Rp 50.000,- sesuai dengan pesanan dan motif yang diminta pemesan.
Untuk pasar, biasanya pengrajin menjual Topi Caping Gunung secara perorangan langsung ke pasar-pasar / pertokoan di wilayah Kab. Blitar dan ada juga yang dijual ke pengepul. Biasanya pengepul menjual Topi Caping Gunung ke luar kota dan bahkan sampai ke luar provinsi, contoh ke Provinsi Bali dan Sumatra.
penulis:
Hadi Sugito, SP
(Penyuluh Kehutanan Ahli Muda)
2 Comments