Menggali Potensi Seni Ukir Kayu Di Desa Sambigede, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar

Sambigede adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar. Ada beberapa potensi yang bisa gali dari desa tersebut, salah satunya adalah potensi pengrajin seni ukir dari kayu, baik kayu jati, sono, mahoni, akasia dan kayu keras lainnya. Limbah kayu juga bisa dijadikan sebagai bahan ukiran, contoh serpihan kayu dari mebeler maupun akar bonggol kayu jati.

Bermula pada tahun 1990, ada warga / penduduk asli desa Sambigede yaitu Pak Roihan Al Madzar, beliau mencoba merantau ke daerah Kabupaten Jepara Jawa Tengah untuk mencari pekerjaan sekaligus menekuni keahliannya dibidang seni ukuir di daerah tersebut. Berbekal keahlian ukir yang didapat dari belajar secara otodidak dengan melihat peluang banyaknya kayu keras maupun kayu limbah dan juga akar bonggol kayu jati yang ada di wilayah Desa Sambigede dan sekitarnya, beliau sangat yakin dan optimis suatu saat hasil pekerjaan yang diperoleh dari dari daerah Jepara tersebut kedepan dapat dikembangkan di wilayah Kecamatan Binangun khususnya di Desa Sambigede.

Pengrajin ukir kayu sedang mengukir kayu bentuk burung garuda

Selain Pak Roihan Al Madzar ada lagi warga Desa Sambigede yang ikut merantau ke Jepara, yaitu Pak Tulus Eko Wahyudi dan Pak Tukimin, tujuan sama bekerja dan mencari pengalaman di daerah sentra pengrajin seni ukir yang sudah dikenal baik tingkat nasional maupun mancanegara, untuk memperoleh keahlian sebagai seorang seni ukir dari kayu.

Pada tahun 1993 beliau mulai membuka galeri seni ukir di Desanya sendiri. Dengan kesungguhan, keseriusan dan ketekunannya apa yang diperoleh dari Jepara bisa menuangkan hasil untuk menopang kehidupan keluarganya. Pada saat itu pekerjaan berjalan lancar, selain membuat ukiran sendiri sesuai dengan design, bentuk dan ukurannya terkadang beliau juga sering mendapatkan pesanan ukiran baik dari masyarakat pecinta ukir maupun dari seorang kolektor. Untuk harga setiap hasil karya ukir tidak sama sesuai bahan, motif, bentuk dan tingkat kesulitan pembuatannya. Semakin tinggi tingkat kesulitan semakin tinggi juga harganya.

Patung Garuda Hasil Karya Ukir Roihan Al Madzar

Pada tahun 1997 pekerjaan ukir mulai surut, karena adanya dampak dari krisis moneter pada waktu itu, dan pada tahun 1998 pekerjaan bidang seni ukir yang ada di Desa Sambigede semua tutup dan tidak beroperasi lagi. Gambar garuda diatas adalah salah satu hasil karya ukiran dari Pak Roihan Al Madzar, dan sekarang beliau menjabat sebagai Kepala Desa Sambigede periode tahun 2019 sampai dengan 2024.

Selama 2 tahun kegiatan fakum dan pada tahun 2000 muncul lagi regenerasi ke 2, tukang ukir yang sangat handal dan tergolong masih muda – muda diantaranya adalah Heriawan, Didik Herianto, Yayak Ariwibowo, Purwanto dan Sahudi. Mereka semua adalah pengrajin seni ukir kayu asli dari Desa Sambigede.

Awalnya sama mereka juga belajar secara otodidak dan memperoleh keahlian seni ukirnya juga bekerja dan belajar dari daerah Jepara Jawa Tengah. Salah satu pengrajin yaitu Herimawan yang sampai saat ini masih aktif menggeluti pekerjan sebagai seorang seni ukir menuturkan, melihat banyak serpihan kayu dan juga bonggol kayu jati yang tidak terpakai , saya tetap harus bertahan dan tentunya harus lebih semangat lagiuntuk memperoleh hasil seni ukiran yang lebih bagus dan bisa menjadi sebuah karya yang indah. Beberapa hasil karya dari Herimawan dengan motif, bentuk dan tekstur yang berbeda

Hasil ukiran yang sudah jadi

Selain membuat / mengerjakan ukiran yang muncul dari ide / inovasi, Herimawan juga siap melayani pesanan ukiran kayu dalam berbagai bentuk apapun baik meja, kursi, pintu, kerajinan dari akar, bingkai foto, bentuk hewan, asbak dan berbagai macam furniture lainnya. Mulai dari ukuran kecil, sedang dan sampai besar. Di masa pandemi covid-19 ini penghasilan yang diperoleh sedikit menurun, penjualan hasil ukirannya kurang begitu lancar tapi mereka tetap optimis. Apabila pandemi covid-19 cepat berlalu, pekerjaan seni ukirpun akan kembali semakin maju.

Koordinasi dengan Pemerintah Desa

Penulis : Hadi Sugito, S.P.

Penyuluh Kehutanan Ahli Muda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *