Menengok Desa Sumberdem Melalui Usaha Rehabilitasi Hutan Dan Lahan

Sahabat penyuluh kehutanan  (PK) yang saya banggakan, salam lestari. Sumberdem adalah  salah satu desa di wilayah binaan PK yang menarik untuk disimak dalam  rangka upaya  pelestarian hutan. Desa ini terletak di Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur.

Sejarah Singkat Desa Sumberdem

Dahulu sebelum menjadi sebuah desa Sumberdem adalah hutan belantara. Disana tinggalah seorang penyadap aren (enau) bernama Mbah Soemo Redjo, seseorang yang berasal dari  Mataraman Jawa Tengah. Suatu ketika dalam perjalanan, ia menemukan wilayah yang banyak  pohon aren yakni cikal bakal Desa Suberdem.  Di hutan aren tempat ia tinggal terdapat tiga sumber mata air yang sangat jernih dan sangat besar.  Beliau berkata suatu saat kelak bila masanya tiba daerah tersebut dinamakan Sumberdem.   Kata “Sumber” dan “dem” yang di artikan mata air dan adem juga ada yang menamakan gedem (besar)

Sumber mata air yang cukup besar di sepanjang tahun, perlu dimanfaatkan untuk pembuatan pembibitan
Salah satu dari 3 sumber mata air di Desa Sumberdem, debit airnya di atas 2 m3 / detik di musim kemarau

Usaha Rehabilitasi Lahan

Desa  Sumberdem yang terletak di ujung barat Kota Malang ini berbatasan langsung dengan

Utara           : Desa Wonosari Kecamatan Wonosari

Timur           : Desa Sumber Tempur

Selatan         : Desa Jambuwer Kecamatan Kromengan

Barat            : Desa Ampelgading Kecamatan Selorejo Kabupaten Blitar.

Desa ini berada di ketinggian 685 meter di atas permukaan laut, titik kordinat -8.05080 803’3” dan 112,46420112027’5”.  Berdasarkan penuturan Kepala Desa Sumberdem ada beberapa usaha  rehabilitasi lahan  yang menjadi program unggulan desa selama beberapa tahun terakhir, yaitu :

  1. Kemasan Program Kampung 

Program kampung  adalah gagasan dari  Purwati Kepala Desa Sumberdem yaitu setiap kampung atau lingkungan mempunyai keunggulan dan ikon.  Program kampung ini diresmikan langsung oleh Bupati Malang  di awal beliau menjabat di Malang. Adapun program kampung tersebut adalah kampung kopi, kampung ternak, kampung bunga, dan kampung bambu

Kampung bunga di sepanjang jalan desa nampak hijau dan rapi

2. Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Masyarakat Desa Sumberdem memiliki budaya yang baik dalam rehabilitasi lahan, yaitu menanam setiap tahunnya  di berbagai wilayah dusun sesuai dengan tingkat kebutuhan. Bibit  diperoleh dengan memproduksi sendiri, membeli kepada pihak lain ataupun bantuan dari berbagai lembaga pemerintah termasuk  dari Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Malang. Agenda rutin ini menjadi ikon tersendiri bagi warga desa. Bibit yang ditanam  adalah MPTS (Multy Purpose Tree Species)  antara lain nangka, durian, alpokat, rambutan dan lainnya. Dalam pelaksanaan penanaman pemerintah desa dibantu oleh 2 KTH yang ada di desa yaitu KTH Ngudi Makmur dan KTH Sumber Mulyo kedua kelompok ini sudah teregistrasi Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur.

Bekerjasama dengan para stakeholder dalam rangka konservasi dan rehabilitasi desa
Keterlibatan TNI / POLRI serta komunitas pecinta lingkungan
Penyerahan bibit dari Kepala CDK Wilayah Malang tahun 2020

3. Hutan Bambu

Kegiatan pengelolan hutan bambu di Desa Sumberdem sudah dilaksanakan semenjak jaman dahulu, mengingat kondisi hutan bambu yang saat ini sangat bagus. Bambu yang ada berbagai macam kecuali jenis bambu ori. Lahan bambu yang dikelola oleh masyarakat melalui kemitraan sejumlah 92ha yang berada di Dusun Rekesan Desa Sumberdem. Para petani hidup dan berkecukupan melalui olah tanaman bambu. Setiap hari rata-rata bambu  yang di jual  4 truk setara dengan 200 batang. Masyarakat sekitar hutan sangat menjaga adanya hutan bambu dengan menanam kembali secara rutin di lahan yang kosong. Selain dijual  warga memanfaatkan bambu untuk berbagai kerajinan seperti tusuk sate, biting, bahan dupa pembuatan gazebo dan lainya. Petani hutan yang tergabung dalam Lembaga Kemitraan Desa Pengelola Hutan (LKDPH) sangat menikmati adanya sumber  pendapatan dari hutan ini. Warga menolak  keras akan dibangunnya wisata alam di sekitar hutan bambu dengan dalih wisata alam justru akan merusak ekologi dan kelestarian alam. Semoga warga di sekitar hutan semakin sejahtera dalam kehidupannya tanpa merusak hutan.

Hutan bambu seluas 92 ha tetap terjaga kelestariannya berkat partisipasi aktif warga
Membawa bambu dari hutan dengan alat sederhana

Penulis : Suhardi S.P.,M.M.

Penyuluh Kehutanan Ahli Muda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *