Desa Tempursari Kecamatan Donomulyo terletak di sebelah tenggara Kabupaten Malang dengan mayoritas penduduknya adalah petani dan peternak. Bertani adalah mata pencaharian utama sedangkan beternak adalah mata pencaharian sampingan. Meskipun hanya sampingan, tapi mayoritas petani di Desa Tempursari memiliki ternak, baik ternak kambing, sapi, maupun ternak unggas. Hal ini karena letak geografis Desa Tempursari yang sangat mendukung usaha ternak, karena Desa Tempursari berdekatan dengan lahan hutan, baik hutan negara maupun hutan rakyat). Dari hutan inilah tersedia hijauan pakan ternak yang berlimpah, baik yang tumbuh liar maupun yang sengaja dibudidayakan untuk pakan ternak. Mereka sengaja menanam rumput, gliriside, kaliandra dan sebagainya di bawah tegaan hutan rakyat dan hutan negara, maupun di batas-batas kepemilikan lahan sekaligus sebagai pagar hidup yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak.
Di samping dapat meningkatkan pendapatan petani dari usaha ternak ini ternyata ada dampak negatif yang ditimbulkan dari usaha ternak ini, yaitu adanya limbah ternak yang berupa kotoran hewan yang belum dimanfaatkan sehingga kesan kotor dan kumuh, serta bau yang tidak sedap sudah umum menjadi pemandangan di Desa Tempursari.
Rupanya keadaan tersebut mengusik hati seorang pemuda Desa Tempursari yang bernama Dadang Setiawan untuk memanfaatkan limbah ternak tersebut menjadi pupuk organik agar bermanfaat. Mengingat pupuk organik sangat diperlukan akibat lahan banyak yang rusak karena kelebihan pupuk kimia.
Maka mulailah dia belajar dan mencoba membuat pupuk organik dari bahan limbah ternak kambing. Dia belajar melalui media online dan belajar kepada orang-orang yang sudah pengalaman dalam membuat pupuk organik.
Setelah beberapa kali uji coba fermentasi kotoran hewan, maka hasilnya diperkenalkan kepada petani di Desa Tempursari dan ternyata tanggapan warga sangat positif. Mereka tertarik menggunakan pupuk organik dari limbah kotoran hewan tersebut. Bahkan Dadang Setiawan juga mengajari mereka untuk membuat pupuk organik yang difermentasi. Tapi karena waktu mereka yang banyak tersita di sawah dan ladang, juga mencarikan pakan untuk ternak, mereka tidak ada waktu untuk membuat pupuk organik sendiri dan lebih memilih untuk membeli.
Hal ini dibaca oleh Dadang sebagai peluang usaha, Selanjutnya dia menekuni usaha ini dan hasilnya cukup lumayan tinggi untuk usaha rumahan. Dalam membuat pupuk dia membuat 2 varian yaitu :
- Pupuk Selep Kohe (Kotoran Hewan) Murni
– Bahan baku kohe kambing dibeli dari peternak kambing
– Kohe kambing murni diselep halus dan dikemas
– Kemasan pakan karung putih poles ukuran 56 x 90 cm
– Berat kemasan 1 karung kurang lebih 35 kg – 40 kg
– Harga 1 karung Rp. 35.000,-
– Produksi dalam 1 bulan 450 kg (akan terus meningkat sesuai kebutuhan) - Pupuk Organik Fermentasi
– Bahan baku :
– Kohe kambing selep
– Limbah baglog jamur (dari petani jamur tiram)
– Sekam bakar (limbah dari peternak ayam)
– Coopiet
– Dolomit
– Molase
– Dekomposer
– Semua bahan dicampur jadi satu sesuai takaran
– Lama fermentasi minimal 14 hari
– Kemasan menggunakan karung polos ukuran 60 x 100 cm
– Karung bagian dalam dilapisi plastik
– Berat kemasan 1 karung 40 kg
– Harga 1 karung Rp. 35.000,-
– Produksi dalam 1 bulan 300 kg (akan terus meningkat sesuai kebutuhan)
Analisa usaha pembuatan pupuk organik tersebut dalam 1 bulan adalah sebagai berikut :
- Pengeluaran (Output)
- Beli kohe kambing : 750 pak x Rp. 12.000,- = Rp. 9.000.000,-
- Beli baglog limbah jamur : 100 pak x Rp. 2.000,- = Rp. 200.000,-
- Beli sekam limbah ayam : 100 pak x Rp. 2.000,- = Rp. 200.000,-
- Beli cocopeet : 10 pak x Rp. 20.000,- = Rp. 200.000,-
- Beli dolomit : 10 pak x Rp. 30.000,- = Rp. 300.000,-
- Beli molase (tetes tebu) : 10 pak x Rp. 6.500,- = Rp. 65.000,-
- Beli karung kemasan : 750 pak x Rp. 2.400,- = Rp. 1.650.000,-
- Upah pekerja 4 orang : 15 hari x Rp. 50.000,- = Rp. 3.000.000,-
Total Output = Rp. 14.615.000,-
- Pemasukan (Input)
- Penjualan kohe selep : 450 pak x Rp. 35.000,- = Rp. 15.750.000,-
- Penjualan pupuk fermentasi : 300 hari x Rp. 35.000,- = Rp. 10.500.000,-
= Rp. 26.250.000,-
- Keuntungan = Input – Output
= Rp. 26.250.000 – Rp. 14.615.000,-
= Rp. 11.635.000,-
Dari analisa usaha sederhana di atas dapat dilihat berapa keuntungan Dadang setiap bulannya dari usaha membuat pupuk organik dari limbah kotoran hewan tersebut. Di samping mendapatkan rupiah yang lumayan banyak juga ada dampak lain yang luar biasa antara lain :
- Dapat memberi lapangan pekerjaan pemuda di Desa Tempursari sebanyak 4 orang
- Dampak lingkungan yang dulunya kotor dan bau sekarang menjadi lebih bersih dan asri
- Memberi tambahan pendapatan bagi peternak dengan menjual kotoran hewannya.
- Membuat lahan pertanian dan ladang petani kembali subur.
Semoga apa yang dilakukan oleh Dadang Setiawan dari Desa Tempursari Kecamatan Donomulyo ini dapat menginspirasi pemuda-pemuda lain di Kabupaten Malang, karena di samping usaha pupuk organik, Dadang Setiawan juga sedang merintis usaha budidaya dan pengolahan bunga telang.
Sampai jumpa pada artikel tentang bunga telang, stay tune!
Penulis : Agung Kuncoro Adi, S.P.
Penyuluh Kehutanan Ahli Muda
1 Comment