Penulis :
Eny Darmayanti, SP
Penyuluh Kehutanan Ahli Muda CDK Wilayah Malang
Sehat Bersama Alam merupakan moto dari Turi Putih Herbal produksi Kelompok Tani Hutan Turi Putih binaan dari CDK Wilayah Malang yang terletak di Desa Kebonagung, Kecamatan Wonodadi Kabupaten Blitar yang posisinya berada di wilayah Blitar utara dengan luas Desa 332 hektar, letak topografi ketinggian 135 mdpl sebaran tanaman empon-empon yang terdiri dari kunir, jahe, temulawak berkisar 6,3 hektar penanaman di sekitar pekarangan rumah. Tanaman kunir 3.5 hektar dengan hasil produksi 121,1 kw/th, jahe 1.6 hektar hasil produksi 305,6 kw/th, temulawak luas 1,2 hektar hasil produksi 219,6 kw/th. Ibu Nur Tajiaturrohmah adalah salah satu warga RT 005 RW 001 Desa Kebonagung, Kecamatan Wonodadi merupakan penggerak usaha membuat minuman ekstrak empon – empon, yang bahan bakunya adalah tanaman yang banyak tumbuh di sekitar lingkungan tempat tinggal. Sejak tahun 2013 kegiatan ini dimulai, gagasan ini disebabkan karena Bu Nur melihat tanaman di lahan warga Desa Kebonagung yang terbengkalai dan tidak banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain membuat ekstrak empon – empon, beliau juga mengajak ibu – ibu rumah tangga sekitar untuk dijadikan keluarga binaan supaya membudidayakan tanaman empon – empon ataupun tanaman herbal lainnya hingga sekarang semua produk yang dihasilkan diberi nama TURI PUTIH Herbal.
Pada mulanya kegiatan ini hanya ada 5 orang yang mau diajak untuk menjalankan gagasan ini, seiring berjalannya waktu, bertambah pula kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan ternyata banyak tanaman bermanfaat bagi kesehatan yang ada di lingkungan sekitar rumah, Th 2019 terbentuk KTH TURI PUTIH dengan anggota berjumlah 25 orang.

Akhirnya TURI PUTIH Herbal menjadi nama produk minuman ekstrak empon – empon yang sudah berizin usaha dengan No. PIRT: 21335050110750-20 dan Turi Putih Herbal merupakan produk ramah lingkungan tanpa limbah, sebab semua bahan empon – empon dapat dimanfaatkan dengan baik, dan bahkan limbahnya pun dapat dimanfaatkan untuk campuran pakan ternak, sehingga praktis tidak ada limbah yang terbuang sia – sia.

- Bahan Tanaman
Sampai saat ini kebutuhan bahan baku untuk produksi ekstrak empon-empon hasil tanaman dari wilayah setempat masih belum mencukupi dan Turi Putih mengambil kekurangannya dari pasar wilayah Kabupaten Kediri.
Pemilihan bahan herbal sebaiknya memperhatikan aroma, rasa, kandungan kimia, maupun sifat fisiologisnya. Ketepatan pemilihan bahan herbal tidak hanya pada jenis tanaman, tetapi juga bagian tanaman yang digunakan. Hal ini disebabkan setiap bagian tanaman memiliki khasiat khusus yang berbeda. Bagian tanaman yang biasanya digunakan di antaranya, rimpang (kunyit, jahe, kencur, dan lengkuas), batang (brotowali), daun (daun dewa, katuk, dan sirih), bunga (melati), buah (belimbing wuluh dan jeruk nipis), dan kulit buah (mahkota dewa). Namun ada pula pemanfaatan obat dari seluruh bagian tanaman (meniran dan pegagan). Bahan tanaman yang hendak digunakan untuk pengobatan sebaiknya dalam keadaan segar. Untuk menjaga kesegaran bahan dengan cara menyimpannya di tempat yang bersih dan jauh dari panas atau sinar matahari langsung. Akan lebih baik jika bahan disiapkan atau dipetik pada hari itu juga sehingga tidak perlu disimpan. Jika telah terpilih, bahan-bahan yang berkualitas baik tersebut dicuci terlebih dahulu dengan air hingga bersih. Dalam bentuk rimpang (temulawak dan kunyit) yang disajikan dalam bentuk potongan tipis yang dikeringkan. Jika harus menggunakan yang kering keadaan bahan harus dalam kondisi baik. Bahan yang terkena kotoran, lembap, berjamur, dimakan serangga, atau tergeletak di tempat yang kotor sebaiknya tidak dipakai.

2. Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang dipakai sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu jika perlu, alat tersebut direbus atau direndam dalam air panas. Setelah digunakan, alat harus dibersihkan lagi peralatan harus dibersihkan dengan benar karena hendak dipakai lagi untuk membuat obat yang sama, karena jika tidak bersih alat kotor akan mendatangkan penyakit. Seperti saringan atau perasan harus dibersihkan dengan benar, sebaiknya direbus dengan air mendidih. Panci perebusan hendaknya terbuat dari bahan tanah, keramik kaca, atau stainless steel. Sedapat mungkin jangan merebus bahan dengan panci dari aluminium, besi atau kuningan. Peralatan dari timah hitam atau timbal juga dilarang keras dipergunakan untuk membuat ramuan. Tujuannya untuk menghindari timbulnya endapan pembentukan zat racun, konsentrasi larutan obat menurun, atau efek samping karena reaksi bahan kimia panci dengan zat yang dikeluarkan tanaman.
3. Pengolahan Ramuan
Beberapa cara mengolah tanaman obat, di antaranya memipis, merebus, dan menyeduh.
a. Memipis
Biasanya bahan yang digunakan berupa bagian tanaman atau tanaman yang masih segar seperti daun, biji, bunga, dan rimpang. Bahan tersebut dihaluskan dengan ditambahkan sedikit air. Bahan yang sudah halus diperas hingga ¼ cangkir. Jika kurang dari ¼ cangkir, air matang ditambahkan pada ampas, lalu diperas lagi.
b. Merebus
Tanaman obat direbus agar zat-zat yang berkhasiat di dalam tanaman larut ke dalam larutan air. Api yang digunakan untuk merebus sebaiknya yang volumenya mudah diatur. Pada awal perebusan digunakan api besar hingga mendidih. Jika telah mendidih, bahan di dalam air dibiarkan selama 5 menit. Selanjutnya, api kompor dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap sampai air rebusan tersisa sesuai kebutuhan. Bahan yang berukuran besar dipotong terlebih dahulu.
Air yang digunakan dalam perebusan adalah air yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, dan bening. Air yang kekuningan, berbau, dan mengandung kotoran sebaiknya tidak digunakan.
c. Menyeduh
Bahan baku yang digunakan dapat berupa bahan yang masih segar atau bahan yang sudah dikeringkan. Sebelum diramu, bahan-bahan dipotong kecil-kecil setelah siap, bahan diseduh dengan air panas. Setelah didiamkan selama 5 menit, bahan hasil seduhan disaring.
d. Mengekstrak
Bahan baku yang digunakan berupa rimpang yang sudah benar – benar tua sehingga mengandung banyak sari pati yang masih segar. Kemudian bahan diparut untuk diambil air perasannya kemudian didiamkan minimal 30 menit. Setelah itu air sarinya direbus dengan api sedang setelah mendidih kemudian dimasukkan gula pasir dengan perbandingan 1 : 1, sambil terus diaduk pelan2 sampai mengkristal.
4. Pemasaran
Produk TURI PUTIH HERBAL pemasaran ke wilayah sekitar Kabupaten, Kediri, Malang, Surabaya serta Madura. Bentuk pesanan secara langsung dan juga online. Lingkup Pemerintah Kabupaten Blitar pesanan 3 kali setiap minggu. Dari hasil penjualan produk rata-rata memperoleh keuntungan 2-3 juta perbulan.

5. Harapan
Obat tradisional Indonesia berupa jamu atau minuman herbal ini merupakan warisan budaya bangsa sehingga perlu dilestarikan, dan dikembangkan. Sehubungan dengan hal itu sangat diperlukan kajian tentang keamanan, dan kemasan serta mutu dan khasiat tanaman sehingga menumbuhkan kepercayaan bagi konsumen untuk yang mengkonsumsinya.
Setiap orang ingin sehat dan memiliki usia harapan hidup yang panjang dengan cara-cara yang alamiah (trend back to nature). Perubahan gaya hidup dan pola makan yang menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit serius dan degeneratif, dimana ramuan jamu atau minuman herbal dalam beberapa kasus telah terbukti bisa menjadi alternatif untuk pengobatan. Jamu yang relatif lebih aman daripada obat-obatan kimia kandungannya yang 95% alami.
Tradisi keluarga yang gemar minum jamu sejak dari nenek moyang perlu dilestarikan hal ini demi kesehatan dan kebugaran kita semua. Disamping itu harganya yang relatif lebih murah dan mudah dibuat sendiri dengan memanfaatkan tanaman obat dan rempah-rempah yang tumbuh di sekitar rumah kita.
Merasakan manfaat dan perkembangan yang baik seperti ini para anggota KTH Turi Putih sepakat untuk memanfaatkan lahan dengan menambah lagi tanaman MPTS dan memperbanyak tanaman empon-empon di bawahnya serta tanaman obat di sekitar halaman rumah mereka, tentu saja dengan harapan akan dapat meningkatkan perekonomian mereka.