Kaji Terap Lubang Resapan Biopori Di KTH Wonosantri Abadi Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang

Kelompok Tani Hutan (KTH) Wonosantri Abadi merupakan salah satu kelompok tani hutan yang berlokasi di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Kelompok ini baru terbentuk pada awal tahun 2020, tetapi mempunyai semangat yang luar biasa dalam mamanfaatkan sumberdaya yang dimiliki. Komoditas utama yang dikelola oleh KTH Wonosantri Abadi adalah budidaya tanaman kopi mulai dari pembibitan sampai dengan pemasaran hasil produksi kopi.

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta upaya konservasi tanah dan air dilaksanakanlah kegiatan kaji terap teknologi secara sederhana melalui pembuatan lubang resapan biopori. Kaji Terap merupakan metode penyuluhan kehutanan untuk meningkatkan kemampuan sasaran (masyarakat/kelompok tani hutan) dalam memilih paket teknologi yang telah direkomendasikan sebelum didemonstrasikan dan atau dianjurkan, yang pelaksaannya dilakukan oleh sasaran di lahannya dengan bimbingan penyuluh kehutanan. Pelaksanaan Kaji Terap antara lain bertujuan untuk mempercepat penyebaran informasi teknologi konservasi yang telah direkomendasikan secara umum.

Biopori adalah lubang atau rongga di dalam atau di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan. Secara alami, biopori terbentuk akibat adanya gerakan akar tanaman atau fauna tanah seperti rayap, semut, cacing dan lain-lain. Sedangkan secara buatan, biopori dibuat dengan menggunakan suatu alat dengan kedalaman antara 80 cm – 100 cm dan diameter 10 cm  – 30 cm.

Maksud dibuatnya lubang biopori adalah untuk menjadi lubang resapan air hujan sehingga air hujan dapat meresap kembali ke dalam tanah. Selain itu dengan adanya biopori tanah akan mampu memperbesar daya tampungnya terhadap air hujan yang masuk ke dalam tanah, mengurangi genangan air di permukaan tanah, dan pada akhirnyamampu mengurangi volume limpahan dan aliran air hujan ke saluran atau sungai. Kegiatan kaji terap ini selain diikuti oleh anggota  KTH Wonosantri juga diikuti oleh mahasiswa Universitas Brawijaya yang sedang melakukan kegiatan magang di KTH Wonosantri. Diharapkan melalui kegiatan ini akan memberikan gambaran tentang upaya konservasi air secara sederhana dengan biaya relative murah dan mudah diaplikasikan di lingkungan sekitar rumah mereka. Pembuatan lubang biopori ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan pipa PVC maupun botol plastic bekas.

Botol plastik bekas dan pipa PVC untuk bahan pembuatan lubang resapan biopori

Secara teknis lubang biopori sebaiknya dibuat dengan kedalaman 80-100 cm dan diameter 10-30 cm. Hal tersebut dimaksudkan agar organisme pengurai atau mikroorganisme dapat bekerja dengan optimal dalam menguraikan sampah organik atau dedaunan yang telah dimasukkan dalam lubang tersebut. Akibat dari adanya aktifitas dari organisme pengurai tersebut akan menghasilkan pupuk organik yang berguna sebagai nutrisi tanaman dan menyuburkan tanah.

Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pembuatan lubang resapan biopori :

  1. Tentukan lokasi lubang resapan. Idealnya jarak antar lubang adalah 50-100 cm. Utamakan di titik lokasi yang sering terdapat genangan air.
  2. Sirami lokasi yang diinginkan dengan air agar tanah menjadi gembur dan empuk
  3. Lubangi tanah dengan diameter 10-15 cm dengan menggunakan bor biopori atau dengan menggunakan linggis
  4. Gali lubang dengan kedalaman 80-100 cm
  5. Masukan PVC berlubang jika struktur tanah mudah ambrol. PVC ini akan berfungsi sebagai penyangga. Bila tsruktur tanah cukup kuat, maka pipa PVC ini tidak diperlukan
  6. Masukkan sampah organik dan dedaunan kering ke dalam lubang. Dalam 2-3 bulan sampah ini akan berubah menjadi pupuk kompos yang siap digunakan untuk tanaman kita
  7. Pasang tutup lubang biopori
  8. Biopori siap digunakan
Penyampaian teknis pembuatan lubang resapan biopori
Pembuatan luban dengan ukuran selebar paralon

Pemasangan pipa PVC berlubang
Memasukkan sampah organik ke dalam lubang
Menutup lubang resapan biopori dengan tutup yang telah dilubangi

Ada banyak manfaat dari pembuatan lubang resapan biopori, antara lain adalah :

  1. Memaksimalkan resapan air yang masuk ke dalam tanah
  2. Menambah volume air tanah
  3. Menjadi media untuk menghasilkan kompos
  4. Mengurangi genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk atau sumber penyakit
  5. Mencegah resiko banjir di saat musim hujan
  6. Memaksimalkan air hujan atau air limbah rumah tangga menjadi air tanah
  7. Mencegah erosi tanah dan tanah longsor
  8. Meningkatkan peran dan aktifitas fauna tanah
  9. Meningkatkan pertumbuhan tanaman disekitar lubang biopori

Kegiatan kaji terap lubang resapan biopori ini selain di Desa Toyomarto juga sudah dilakukan di beberapa tempat lain diantaranya di SMPN 5 Karangploso, Desa Ngenep Kecamatan Karangploso, Desa Gunungronggo Kecamatan Tajinan, Desa Dawuhan Kecamatan Poncokusumo dan Desa Ngingit Kecamatan Tumpang. Diharapkan kegiatan ini bisa dijadikan percontohan kegiatan konservasi untuk desa lain disekitarnya agar mampu menerapkan teknologi tersebut dilingkungannya.

Untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai lubang resapan biopori maupun bimbingan teknis pembuatannya silahkan menghubungi kami di Kantor Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Malang.

Penulis : Ihwan Yusuf Habibi, S.Hut

Penyuluh Kehutanan Ahli Muda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *