Belajar Batik Ecoprint Untuk Pengembangan Usaha KPHR Rimba Alam

Sesuai Peraturan Menteri LHK Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 Tentang Pedoman Kelompok Tani Hutan pada bab IV klasifikasi kelas kelompok tani hutan, pasal 14 disebutkan bahwa KTH mempunyai 3 pilar pokok, yaitu : kelola kelembagaan, kelola kawasan, dan kelola usaha. Dalam upaya untuk melakukan kelola usaha, KPHR Rimba Alam Desa Purwodadi Kecamatan Donomulyo mempunyai usaha pembuatan kerajinan dengan bahan baku bambu. Hasil kerajinannya berupa gazebo, gelas, teko, dan lampu hias. Untuk kerajinan bambu dikerjakan oleh anggota kelompok laki-laki, sedangkan anggota kelompok ibu-ibu juga tidak ketinggalan memanfaatkan waktu luang diantara kesibukan mengurus rumah tangga untuk membuat kain batik yang diberi nama “Batik Kapur Tulis”.

                Untuk menambah keterampilan, koleksi dan memperluas segmen pasar, pada bulan Agustus 2021 kemarin dengan difasilitasi oleh Seksi RLPM, Cabang Dinas Kehutanan Wilayah Malang, sebagian anggota KPHR Rimba Alam diajak untuk belajar pembuatan batik ecoprint di KTH Panderman, Desa Oro-Oro Ombo Kota Batu.

Pelatihan pembuatan batik ecoprint di KTH Panderman

Batik ecoprint memang berbeda dengan batik tulis yang telah ditekuni oleh KPHR Rimba Alam. Batik ecoprint adalah batik yang dibuat dengan cara mereplika bagian tumbuhan ke dalam kain untuk menciptakan pola dan warna yang menarik. Bagian tumbuhan yang digunakan bisa berupa daun, bunga, batang dan ranting. Jadi batik ecoprint berbeda dengan batik tulis biasa yang menggunakan pewarna sintesis dan bahan kimia, tapi batik ecoprint justru menggunakan unsur-unsur alami sehingga ramah lingkungan dan tidak menimbulkan pencemaran air. Ini menjadi keistimewaan batik ecoprint karena selain ramah lingkungan, batik ecoprint memiliki kelebihan lain daripada batik tulis, batik ikat, batik celup maupun batik yang lain karena memiliki motif yang unik sesuai dengan pola bagian tumbuhan yang digunakan baik daun, bunga maupun ranting memiliki kesan ekslusif dan berbeda dari kebanyakan batik lainnya. Dengan corak dan motif yang alami, batik ecoprint akan bernilai ekonimis yang tinggi.

Pelatihan pembuatan batik ecoprint

Alat dan bahan untuk membuat batik ecoprint

  • Selembar kain polos warna putih sebagai bahan utama
  • Kertas koran sebagai alas lantai agar tidak kotor selama proses pembatikan berlangsung
  • Palu untuk memukul bahan kain dan mengeluarkan zat warna alami dari tanaman
  • Tawas untuk mordanting dan fiksasi kain batik
  • Daun, batang, bunga, dan bagian tanaman lainnya yang masih segar sebagai pewarna kain

Untuk menentukan apakah sebuah tanaman dapat dijadikan pewarna kain batik ecoprint atau tidak, dapat diuji berdasarkan aroma, warna tanaman dan kadungan airnya.

  • Tanaman yang beraroma tajam, menjadi salah satu indikasi tanaman tersebut dapat digunakan sebagai pewarna alami
  • Gosokkan daun dengan tangan atau ke permukaan kain, bila meninggalkan noda, maka daun tersebut memiliki potensi untuk dijadikan pewarna alami
  • Rendam daun pada air panas selama 10 menit. Bila air berubah warna maka tanaman tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami

      Cara membuat batik ecoprint ada beberapa cara , tetapi yang diajarkan oleh narasumber dari KTH Panderman ada dua cara yaitu dengan cara dipukul menggunakan palu dan dengan cara direbus.

  1. Dengan teknik dipukul dengan palu : Menyiapkan kain polos warna putih atau yang biasa disebut dengan kain mori, bentangkan kain di atas lantai yang rata. Gunakan kertas koran sebagai alas agar kain tidak kotor. Mordanting kain mori, yaitu dengan merendam kain mori terlebih dahulu dengan menggunakan campuran tawas dan air selama satu jam, selanjutnya kain mori dikeringkan.

Tujuan dilakukannya mordanting kain adalah

  • Meningkatkan kemampuan bahan kain untuk menyerap zat warna
  • Menghilangkan minyak, lemak, lilin, dan kotoran-kotoran yang bisa menghambat masuknya zat warna ke dalam serat kain
  • Sebagai penguat warna
  • Proses Pencetakan
  • Kain mori yang sudah dikeringkan dibentangkan di lantai dan diberi alas koran kemudian diratakan
  • Tata daun. Bunga, ranting atau bagian tumbuhan yang lain di atas lain, sesuai dengan keinginan dan imajinasi dari masing-masing pembatik
  • Kemudian tutup dengan kain lain sebelum dipukul-pukul
  • Pukul-pukul bahan kain serta tanaman dengan menggunakan palu untuk mengeluarkan pigmen warna
  • Kekuatan dalam memukul harus dikontrol agar daun, bunga, batang atau bagian tumbuhan lain tidak hancur
  • Semakin rata pukulan, maka warna yang dihasilkan akan semakin baik
  • Selesai dipukul-pukul kemudian kain tersebut dilipat menjadi bagian yang lebih kecil dengan tetap mempertahankan posisi daun agar tidak bergeser
  • Kain yang sudah terlipat kemudian diikat kencang dengan tali
  • Mengukus kain mori
  • Panaskan alat pengukus di atas kompor dengan api sedang
  • Masukkan kain ke dalam alat pengukus selama 30 menit
  • Keluarkan air dari alat pengukus dan dinginkan
  • Melepas ikatan kain
  • Lepaskan ikatan kain dan lihat hasilnya , dari proses pengukusan ini akan didapat motif batik yang tercatat pada bahan kain
  • Cuci kain yang sudah ada motif batik ecoprint dengan air mengalir tapi tidak perlu memakai sabun cuci agar motif batik terjaga
  • Keringkan dengan cara dijemur

2. Dengan cara direbus

Cara ini sebetulnya lebih simpel dan cepat karena bahan tidak harus dipukul-pukul yang memerlukan ketelatenan dan waktu yang lama.

  • Langkah-langkahnya hampir sama dengan cara yang dipukul-pukul yaitu setelah kain dibentangkan , kemudian daun, bunga, batang dan bagian tumbuhan yang lain ditata di atas kain sesuai dengan keinginan
  • Tutup dengan selembar plastik bening di atasnya, usahakan panjang dan lebar plastic sama dengan panjang dan lebar kain
  • Injak-injak dengan hati-hati agar daun, bunga, dan bagian tumbuhan yang lainnya menempel rata pada kain atau tidak bergeser
  • Gulung kain dengan hati-hati agar tidak bergeser posisinya
  • Gulung serapat mungkin dan ikat dengan tali
  • Rebus kain yang sudah digulung selama 2 jam

Proses selanjutnya sama, setelah direbus selama 2 jam, kain diangkat dan didinginkan kemudian dicuci dan dikeringkan

Praktik pembuatan batik ecoprint

Pada acara pelatihan tersebut tampak peserta dari KPHR Rimba Alam mengikuti tahap demi tahap dengan serius dan antusias serta mereka berjanji akan mempraktikkannya. Menurut mereka cara pembuatan batik ecoprint ini sangat menarik karena sebagian besar bahan ada di sekitar tempat tinggalnya baik di pekarangan maupun di hutan. Di samping itu teknik batik ecoprint ini tidak memerlukan modal yang terlalu besar seperti batik tulis yang bahannya harus membeli semua. Batik ecoprint ini bahannya tersedia di alam. Di samping itu batik ecoprint juga ramah lingkungan dan tidak mencemari lingkungan. Kita tunggu kiprah para srikandi dari KPHR Rimba Alam Desa Purwodadi Kecamatan Donomulyo dalam tata kelola  usaha KTH.

Penulis: Agung Kuncoro Adi. SP.  

Penyuluh Kehutanan Ahli Muda                                                                                                              

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *